Kamis, 11 Maret 2010

Siapakah Sih SURURI itu....

Apa Sih Sebenernya SURURI itu??

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarokatuh..

Segala puji bagi Allah, kami memuji dan memohonpertolongan serta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi Petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk
Aku Bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah padanya, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat kelak.

Jika sampai detik anda membaca tulisan sederhana ini, anda masih bertanya-tanya, apa sih SURURI itu? Siapa sih yang disebut SURURI itu? Mungkin melalui tulisan ini Allah dapat memberikan kepahaman terhadap kita yang masih memiliki pertanyaan-pertanyaan diatas.

Kita mulai dari,

Siapakah SURURI itu?

Sururi adalah sekelompok orang yang sepaham / sealiran / sependapat dengan Muhammad Surur bin Zainal Abidin. Perlu diketahui juga bahwa Muhammad Surur ini tinggal di London, Inggris.

Awal Kemunculan paham SURURI ini…

Paham ini pertama kali muncul pada saat tentara Iraq yang dipimpin langsung oleh Saddam Husein, menginvasi Kuwait, tepatnya pada Perang Teluk, lalu berlanjut untuk mendekati Arab Saudi, sedangkan kondisi di Saudi tidak memiliki persenjataan yang cukup untuk melawan kekuatan Iraq. Lalu Para Ulama Kibar di Riyadh kemudian mem’boleh’kan Pemerintah pada saat itu untuk meminta bantuan terhadap Negara-negara kafir, tapi dengan syarat hanya sebagai penghalau (defend) bukan untuk menyerang balik (counter) Iraq.
Lau muncullah Fitnah bahwa Ulama-Ulama Kibar telah menganjurkan pemerintah Saudi, yang notabene sebagai satu-satunya Negara yg menerapkan Syariat Islam Mutlak, untuk bekerja sama dengan Negara kafir yg merupakan musuh Islam sendiri.

Allah ta’ala berfirman,

“Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, Jauhilah banyak dari Prasangka, (karena) sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain….”
(QS. Al-Hujarat :12)

Setelah itu, apa sih yang mereka tonjolkan dari pemikiran mereka?





Dapat kita tarik beberapa poin yang menjadi pemikiran yang menonjol dari Sururi,

Menghina Kitab-Kitab Aqidah.

> Muhammad Surur mengarang sebuah kitab yang berjudul “Manhajul Anbiya’ Bi Da’wah ilallah” yang diantaranya menyebutkan, bahwa Kitab Aqidah, sudah tidak relevan lagi pada masa sekarang ini. Dia juga mengatakan bahwa tahap-tahap penyelesaian para ulama-ulama yang terdapat dalam kitab-kitab Aqidah tersebut sudah tidak mampu lagi menyelesaikan permasalahan pada masa kini. Jadi, “kita membutuhkan cara-cara yang baru dalam memecahkan masalah itu”. Namun demikian, juga sebagai patokan bahwa mereka tersebut (Sururiyyun) hanya mengambil beberapa Ulama saja yang belum teruji keilmiahannya dengan meninggalkan Ulama / Masayaikh yang sudah masyhur akan keilmuannya. Apa namanya kalo bukan Taqlid buta???

> Dia juga mengatakan bahwa bahasa-bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab Aqidah itu terlalu berisi kata-kata yang “Kasar”, karena didalamnya terdapat hukum-hukum tentang Islam ini yang menyebabkan pemuda enggan untuk mempelajarinya. Syaikh Shalih Fauzan bin Fauzan menanggapi perkataan mereka, bahwa ungkapan yang mengatakan Kitab Aqidah berisi kata-kata kasar adalah salah satu trik atau cara untuk semakin menjauhkan Para Pemuda yang merupakan dambaan, penerus, serta pembangun Kejayaan Islam ini dari Nasihat-Nasihat para Ulama yang sudah teruji kadar keilmuannya, untuk selanjutnya “hanya” mendengarkan Perkataan dan Nasihat dari Para Sururiyyun itu.


Tapi dalam pembahasan ini , kita tidak terlalu fokuskan pada nama, alias person per personnya, namun khusus kepada Aqidah mereka, karena meskipun berganti Nama hingga ratusan kali, hakikatnya tetap sama. Jadi “Hakikat sesuatu Tidaklah dapat Berubah meskipun tampang luarnya diganti berkali-kali”.


Mereka Memiliki Ideologi Mirip Khawarij.

> karena mereka mengkafirkan para pelaku maksiat atau dosa-dosa besar yang semestinya belum dapat ditempeli label “Kafir”.
> Dan yang lebih sering adalah mereka dengan mudahnya mengkafirkan para pemimpin atau Hakim (kalo di Indonesia Presiden) dengan sebutan Kafir / Thaghut ( untuk lebih rinci masalah Apa itu Thaghut?, bisa merujuk Kitab Utsul Tsalatsah, Syaikh Muhammad At-Tamimi)
.
Mereka Selalu Mengobarkan Bara Api Permusuhan terhadap Salafiyyun.

> mereka menyebutkan bahwa para Ulama itu adalah seorang “Budak” sedangkan pemerintah adalah “Majikan”. Mereka (ulama) hanya bisa mencarikan dalil-dalil yang dapat melegitimasi / membolehkan Majikannya meminta bantuan terhadap Negara Kafir ( khususnya Amerika )
> mereka menuduh para Ulama Ahlus Sunnah “hanya” mampu berdakwah ( jika tidak ingin disebut dengan Berkoar) sesuai kondisi Politik tertentu saja.
> mereka juga membagi dalam beberapa Thabaqoh (tingkatan),

i. George Bush dan Clinton ( sebagai “Majikan” tertinggi)
ii. Para Penguasa Negeri-negeri Arab terutama Saudi
iii. Bawahan Penguasa (Wakil, Kepala Angkatan, dll.)
iv. Ekselon 1 dari pemerintah (Menteri-menteri)
v. Ekselon 2 (wakil menteri)
vi. Ulama-Ulama ( sebagai Budak, alias bagian terendah),

Perlu kalian ketahui bahwa Mencela para Ulama adalah dasar dan akar dari Munculnya Seluruh Firqoh-Firqoh sesat yang ada selama ini.

Mereka ( Sururiyyun) Memuji adanya Kebaikan ( Muhazanah ) para Ahli Bid’ah.

> inilah tanda-tanda seseorang telah meninggalkan Manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wasallam dan para sahabatnya, Coba Engkau Lihat Perkataan yang sering dihembuskan oleh para Ahli Bid’ah,

“Kita bersatu dalam hal-hal yang telah kita sepakati kebenarannya, dan Berdiam diri untuk hal-hal yang kita Perselisihkan”

padahal Manhaj Salaf hanya mengenal,

“Kita Bersatu dalam Kebenaran ( Sunnah ) dan Saling Menasihati apabila berbuat salah”

bukan malah didiamkan, tapi coba tengoklah apa kata para Sururiyyun tersebut,

“ Para Ahli Bid’ah juga memiliki kebaikan, maka haruslah kita sebutkan juga kebaikan-kebaikan mereka,”


> ketahuilah wahai Saudara-Saudariku, dalam menyikapi Ahlu Bid’ah Kita tidak perlu menyebutkan / menyebarkan kebaikannya meskipun “sehelai bulu yang gugur dari kumpulan bulu domba”, Karena boleh jadi dari kebaikan tersebut, orang lain dapat mengikuti perilaku Ahlu Bid’ah tersebut. Dan pada Akhirnya, orang-orang itu tidak akan mampu lagi membedakan Antara Perilaku yang Baik dan Kejelekan dari Ahlu Bid’ah itu.
> Sururiyyun tersebut juga tidak melarang atau dengan kata lain membolehkan orang-orang awam untuk membaca Kitab-Kitab para Ahlu Bid’ah yang dikhawatirkan dapat semakin mengaburkan cara berpikir yang Haq dalam Agama Islam Ini, yaitu Sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam yang Shahih.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

“Al-Ilmu Maqooma Alaihid Dalil”

(dinukil dari kitab beliau, Majmuu Fatawa)

artinya : “Ilmu itu adalah yang Tegak berdasarkan DALIL”

bukan hanya sekedar ucapan berantai, turun-temurun dari nenek moyang, sekali-kali Bukan..!!


dan sebuah kaidah penting dalam menerima Hadits Rasullah Shallahu ‘alaihi wasallam yang dibawakan oleh seseorang, maka perlu kita tanyakan kepadanya, Apa Sanad (derajat) dari Hadits ini?? Shahih? Dhaif? Atau bahkan Maudhu’, karena betapa banyak kita jumpai “oknum-oknum” yang dengan gampangnya mengutak-atik hadits dan membawakannya kepada kita tanpa mencantumkan Sanadnya..

Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata

“Sanad adalah Senjata kaum Muslimin, jika tanpa Senjata, lalu dengan apakah kita menghadapi serangan Musuh?”



Pada Akhir Pembahasan sederhana ini, hanya dapat kita sampaikan,

“Sesungguhnya, barangsiapa hidup sepeninggalku, niscaya akan melihat perselisihan yang cukup banyak. Karena itu, berpegang teguhlah kalian pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang telah mendapat Petunjuk. Gigitlah ia (Sunnah) dengan Gigi gerahammu. Jauhilah perkara yang baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap hal yang baru itu adalah Bid’ah. Setiap Bid’ah adalah Sesat dan kesesatan tempatnya di Neraka.”
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dengan Sanad Shahih.)..

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kepahaman terhadap kita akan Agama Islam yang kita Cintai ini.

Semoga Allah melimpahkan Petunjuknya kepada Kita semua, agar mampu membedakan yang Haq dan yang Bathil…

Wallahu a’lam Bish Shawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar