Sabtu, 17 April 2010

Betapa Bahayanya Hal ini untukmu Saudariku...

Bagi sebagian orang istilah ghibah telah lazim didengar. Tetapi bagi sebagian yang lain masih terdengar asing, karena ghibah merupakan istilah dari bahasa Arab, sedangkan yang sering dipakai oleh masyarakat kita sekarang ini misalnya gosip atau ngerumpi. Ghibah atau menggunjing adalah salah satu akhlak tercela yang dilarang dalam agama, sehingga seorang muslim/muslimah sudah sepatutnya menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalamnya. Sayangnya, perkara ini telah menjadi sesuatu yang dianggap biasa dan seolah tidak lagi dianggap sebagai perbuatan dosa, bahkan dilegalkan, misalnya dalam acara-acara gossip di televisi. Apalagi yang sangat menyedihkan, penyakit ini paling banyak menjangkiti para wanita. Oleh karena itu saudariku, yang semoga dirahmati Allah, berhati-hatilah terhadapnya, dan renungi baik-baik nasehat yang kami ambil dari tulisan Ummu ‘Abdillah Al-Wadi’iyyah dalam buku Nasihat Untuk Wanita Muslimah, dengan sedikit tambahan dari kami.

Apakah Ghibah itu...??


Telah disampaikan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada sahabat , ”Tahukah kalian apa yang dinamakan ghibah itu?” Kemudian para sahabat menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah bersabda, “Yaitu kalian menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang tidak ia suka.” Kemudian ditanyakan, ”Bagaimana jika perkataanku tentangnya itu benar?” Rasulullah menjawab, ”Jika yang engkau katakan itu benar ada padanya, maka engkau telah berbuat ghibah, dan jika itu tidak benar, maka engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim dan dicantumkan Imam An Nawawi dalam Riyadush Shalihin no.1531)

Dari hadits di atas, dapatlah kita ketahui apa yang dimaksud dengan ghibah. Sebagaimana perkataan Syaikh Muhammad Syakir saat membahas tentang ghibah, “Bahwasannya engkau membicarakan saudaramu saat ia tidak ada dengan sesuatu yang tidak ia suka saat mendengarnya.”
Ummu Abdillah Al Wadi’iyah menambahkan, bahwasanya dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Kalian menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang tidak ia suka”. Menunjukkan ghibah dapat terjadi ketika dia ada ataupun tidak ada. Kemudian Al Hafidz menyatakan, “Bahwa yang lebih kuat adalah mengkhususkan ketika orang yang dibicarakan tidak ada. Memang benar bahwa berhadapan langsung dalam hal itu juga haram, karena termasuk dalam celaan dan cacian.

Ghibah yang Dibolehkan

Ibnu Katsir berkata, “Dan ghibah itu diharamkan secara ijma’ (kesepakatan kaum muslimin) tidak dikecualikan darinya. Selain pembicaraan mengenai orang lain yang apabila dikatakan pasti kemaslahatannya, sebagaimana dalam ilmu Jarh wa Ta’dil (ilmu kritikan dan pujian terhadap perawi hadits), serta memberi nasihat seperti saat seorang lelaki jahat meminta izin kepada beliau dan saat Fathimah binti Qais dipinang oleh Muawiyah dan Abu Jahm.” (yaitu ketika Fathimah binti Qais meminta pertimbangan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam siapakah antara Muawiyah dan Abu Jahm yang lebih baik untuk diterima pinangannya-ed)

Ummu Abdilah Al Wadi’iyyah menyebutkan enam perkataan yang tidak disebut ghibah adalah
1. pengaduan orang yang didzalimi
2. orang yang memperkenalkan
3. orang yang men-tahdzir (memperingatkan)
4. membicarakan orang yang menampakkan kefasikan
5. ketika meminta fatwa
6. serta orang yang meminta pertolongan untuk melenyapkan kemungkaran.

Ancaman Syariat terhadap Orang yang Berbuat Ghibah


Ancaman tentang ghibah ini datang secara langsung dari Allah ‘azza wa jalla, maka takutlah wahai Saudariku yang beriman, yaitu dalam firman-Nya, yang artinya, ”Dan janganlah sebagian dari kamu berbuat ghibah (menggunjing) kepada sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentunya kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat: 12)
Saudariku, dalam ayat tersebut, Allah menyamakan seorang yang menggunjing saudaranya dengan seseorang yang memakan daging saudaranya sendiri sedangkan saudaranya telah menjadi mayat. Tentulah keadaan tersebut adalah perkara yang menjijikkan. Na’udzu billahi min dzalik.

Berkaitan dengan manusia yang memakan mayat saudaranya, terdapat hadits shahih dalam Sunan Abu Dawud yang memperjelas firman Allah di atas. Dari Anas bin Malik, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Ketika saya dimi’rajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri, Saya bertanya, ”Siapa mereka Jibril?” Jibril menjawab, ”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatannya.”

Dalam hadits ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan orang yang memakan mayat saudaranya akan mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Dan mereka inilah orang-orang yang menggunjingkan saudaranya ketika di dunia.

Ada pula hadits dalam Sunan At Tirmidzi, dari Ibnu Umar, dia mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam duduk di atas mimbar kemudian menyeru dengan suara tinggi, “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya namun belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian mencari-cari aib mereka. Sesungguhnya barangsiapa yang mencari-cari dan menelusuri aib seseorang niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang dicari aibnya oleh Allah maka Allah akan bongkar aibnya walaupun ia berada di dalam rumahnya.

Begitu banyak riwayat yang berisikan ancaman terhadap pelaku ghibah dan semuanya adalah teguran yang keras. Sehingga tidak sepatutnya bagi seorang muslim yang meyakini adanya hari akhir masih menyibukkan diri dengan hal ini.

BERTAUBAT DARI GHIBAH


Tentunya setiap manusia tak luput dari kesalahan. Adapun yang paling baik dari manusia yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat dan berusaha tidak lagi terjatuh ke dalamnya. Ibnul Qayyim menjelaskan cara bertaubat dari ghibah. Beliau mengatakan bahwa terdapat riwayat dari Baihaqi tentang kafarah (tebusan) perbuatan ghibah, yakni dengan mengatakan, “Allahummaghfirlana wa lahu (Ya Allah, ampunilah kami dan ampunilah dia)..” Namun terdapat kelemahan dalam riwayat ini.
Ibnul Qayyim juga menyatakan kita tidak perlu menjelaskannya dan cukup memohonkan ampunan baginya, serta menyebutkan kebaikan-kebaikan yang ada padanya di tempat ia melakukan ghibah. Pendapat ini juga dipilih Ibnu Taimiyah dan yang lainnya. (Adapun jika ghibah tersebut telah sampai pada orang yang kita ghibahi, maka kita wajib meminta maaf kepadanya secara langsung -ed).
Akhirnya …..

Wahai Saudariku, marilah kita mengingat pembicaraan yang kita katakan hari ini. Kemudian mari kita simak perkataan Imam Nawawi dalam Riyadush Shalihin berikut ini,

“Ketahuilah bahwasanya sesungguhnya setiap orang yang mukallaf itu diperintahkan untuk menjaga lisannya dari setiap ucapan, kecuali yang ada manfaatnya. Dan manakala manfaat berbicara dan bahaya yang ditimbulkan itu sama, maka dianjurkan DIAM. Karena bisa jadi ucapan yang asalnya boleh-boleh saja berubah menjadi haram atau makruh. Dan ini biasanya banyak sekali terjadi, sedangkan selamat dari yang makruh dan haram, merupakan hal yang tak ternilai harganya.”
Dan ingatlah juga sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah, radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam.” (Riyadush Shalihin hadits no. 1519)

Renungkanlah Wahai Saudariku tercinta....

Semoga Allah menjaga kita semua untuk tidak berbicara dengan kata-kata yang tidak berguna yang kadang dapat menyakiti orang yang kita bicarakan...
apalagi jika yang kita bicarakan itu adalah Aib Saudara kita..
Maukah kita memakan Bangkai Saudara kita sendiri..??
Semoga Allah selalu membimbing kita kepada Jalan yang Lurus dalam Agama ini..
Semoga Allah mematikan kita kelak diatas Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam..
Wallahu a'lam.

Maraji’:
Nasihat Untuk Wanita Muslimah (Ummu Abdillah Al Wadi’iyah)
Riyadhush Shalihin (Imam An Nawawiyah)
Duhai Anakku, Berhiaslah Dengan Akhlak Mulia (Syaikh Muhammad Syakir)
***

Jumat, 09 April 2010

Maukah Engkau Mengetahui apa Saja Ciri Khas Islam Itu...??

Segala puji bagi Allah, kami memuji dan memohon pertolongan serta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi Petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk
Aku Bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Shalawat serta salam, semoga senantiasa tercurah padanya, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari kiamat kelak.


Rasulullah Bersabda,

“Tidaklah Sekelompok manusia berkumpul di salah satu Rumah-Rumah Allah (Masjid), mereka membaca Al-Qur’an, dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada Mereka Ketenangan, Rahmat Allah akan meliputi mereka, malaikat akan mengelilingi majelis mereka, serta Allah akan memuji mereka dikalangan Malaikat yang ada disisi-Nya”
(HR. Muslim)


Rasulullah juga Bersabda mengenai keutamaan para Penuntut Ilmu (Agama),

“Barangsiapa yang melangkahkan kakinya dalam rangka mempelajari Ilmu Agama, Maka Allah akan Mudahkan Jalannya menuju Surga”

Saudara,Saudariku Tercinta…
Membahas tentang Islam, sebuah hal yang tidak bisa dipisahkan adalah kita membahas tentang Ciri khas Islam, Keindahan Islam, serta Keistimewaan Islam. Tetapi perlu kalian ketahui, akhi,ukhti, membahas tentang Ciri khas Islam ini memiliki beberapa Manfaat,

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullahu ta’ala (salah seorang ulama Tafsir Abad ini) menyebutkan dalam kitabnya menyebutkan beberapa Manfaatnya, diantaranya,

1.Pembahasan ini merupakan Pembahasan yang amat Mulia serta sebaik-baik Amal Shaleh, karena kita mempelajari Agama yang telah diridhai oleh Allah.

2.Salah Satu bentuk Syukur kita kepada Allah dan juga mengenal nikmat Allah yang paling Besar, yaitu Nikmat Islam, Nikmat hidup di bawah Naungan Satu-satunya Agama yang diridhai oleh Allah di sisi-Nya, yaitu Al-Islam.oleh karena itu, kita Harus Berbangga diri dengan Agama kita ini, Agama Islam.

Ibnu Qudamah rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya, Mukhtasar Minhajil Qashidin bahwa Bersyukur itu ada tiga macam:

-. Bersyukur dengan Hati
-. Mengucapkan dengan Lisan.
-. Menggunakan Nikmat tersebut sesuai tuntunan dan perintah.

3.Semakin mengokohkan keimanan kita kepada Allah.


Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Alu Badr Hafidzhahullah berkata,
“ Mempelajari Ilmu Agama merupakan salah satu pintu yang membukakan untuk bertambahnya keimanan kita kepada Allah”

4.sebagai Washilah / Sarana untuk seorang Muslim mendakwahkan Islam yang sebenarnya (yaitu Islam yg ada di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah) kepada kaum Kafir.
Jika ingin mengenal Islam, bukanlah dari perilaku Kaum Muslimin, akan tetapi patokan kebenaran islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para Sahabat. Itulah Islam yang sebenarnya.

Setelah kita mengetahui Manfaat atau Faedah mempelajari tentang Seluk-beluk Islam ini, maka, Apa saja Ciri-Ciri Khas Islam itu Sendiri…??

CIRI KHAS ISLAM

1.Islam adalah Agama TAUHID.

Yang dimaksud At-Tauhid disini adalah Ifradullah bil Ibadah ( Meng-Esa-kan Allah dlm Beribadah)

** “artinya: Padahal mereka hanya Diperintahkan untuk Mengikhlaskan Menyembah kepada Allah semata…..”
(QS. Al-Bayyinah : 5)

** “artinya: Katakanlah, Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan Matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam”
(QS. Al-An’am : 162

Inilah Islam yang Hakiki, Islam yang selalu mengajak Manusia secara Umum kepada At-Tauhid (mengEsakan Allah), tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu Apapun, menyerahkan seluruh Hidup dan Mati hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

** “artinya: Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”
(QS. Al-Baqarah : 21)

Ayat ini merupakan ayat pertama dalam Al-Qur’an yang berisi perintah untuk Menyembah hanya kepada Allah semata.

** “artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun”
(QS. An-Nisa’: 36)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menjelaskan di kitab Al-ubudiyyah

Definisi ibadah adalah Suatu Nama yang mencakup hal-hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan baik Amalan Lahir maupun Batin.

Sedangkan Arti Islam sendiri,
menurut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitab Al-Ushul Ats-tsalatsah,

Islam Adalah, Menyerahkan diri kepada Allah, Tunduk dan Patuh kepada Perintah-Nya, serta Berlepas diri dari Kesyirikan dan para pelakunya


Inilah Islam… Islam adalah Agama yang dibangun diatas Tauhid.

Contoh Ibadah:

A.Do’a

**. “….Aku Kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a Kepada-Ku….”
(QS. Al-Baqarah : 186)

B.Berkurban

**.“maka laksanakanlah Shalat karena Tuhanmu, dan Berkurbanlah..”
(QS. Al-kautsar : 2)

C.Meminta Pertolongan dikala Susah (Istighasah)

**. “(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu…”
(QS. Al-Anfal : 9)

** namun yang perlu diperhatikan disini adalah cara melakukan Istighasah itu sendiri. Istighasah bukan dengan bersama-sam berkumpul di lapangan lalu berdo’a bersama.. bukan seperti itu. Karena yg demikian itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

Inilah Islam… Islam selalu menggembleng seorang Muslim ataupun Muslimah untuk selalu Mengokohkan Tauhidnya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada saat menasihati Ibnu Abbas yg waktu itu masih kecil, Rasulullah mengatakan:

“Jagalah Allah, Allah akan Menjagamu! Jagalah Allah maka Allah akan ada dihadapanmu! Apabila engkau memohon, Mohonlah kepada Allah! Dan apabila Engkau meminta pertolongan, Mintalah hanya Kepada Allah semata..”

Dari sini kita dapat memahami, Bahwa Dakwah Tauhid adalah sesuatu yang Urgen, sesuatu yang Penting, sesuatu yang harus didakwahkan sebelum membahas (berdakwah) Masalah Fiqih, sebelum Membahas Masalah Politik, Sebelum membahas Masalah Jihad.. Lihatlah Rasul ketika menasihati seorang sahabat yg masih kecil saat itu, langsung dengan Dakwah Tauhid,,tidak Pantas kita, yang mengaku sebagai Umat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam untuk berpaling atau mengesampingkan Dakwah Tauhid dalam berdakwah..

**Tauhid adalah tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini,


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah Aku Ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk Beribadah (semata-mata) kepada-Ku..”
(QS. Ad-Dzariat : 56)

** Tauhid adalah tujuan utama Allah mengutus Nabi dan Rasul kepada Manusia.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan sungguh, kami telah mengutus rasul untuk setiap umat untuk menyeru “Sembahlah Allah dan Jauhilah Thaghut”….”
(QS. An-Nahl : 36)

** Tauhid adalah Inti Dakwah para Nabi dan Rasul.


Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada Kaumnya, lalu dia berkata,”Wahai Kaumku! Sembahlah Allah dan Tidak ada Sesembahan bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 59)

“Dan kepada Kaum ‘Ad (kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan Tidak ada Sesembahan bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 65)

“Dan kepada Kaum Tsamud (kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata,”Wahai kaumku, Sembahlah Allah! Dan Tidak ada Sesembahan (yang Haq) bagimu selain Dia…”
(QS. Al-A’raf : 73)

“Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Mahaesa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat, baik oleh kamu maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan sesuatu keterangan pun tentang hal itu. Tidak ada Hukum kecuali Hukum Allah**. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, Inilah Agama yang Lurus…”
(Qs. Yusuf : 39-40)

** maksud “Hukum Allah” disini adalah tidak ada penyembahan yg Haq kecuali kepada Allah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata:

“Perumpamaan orang yang bijak dalam berdakwah itu, Fokus Dakwahnya adalah Mengokohkan pondasi dalam Bangunan Agamanya.. sedangkan Orang yg Jahil (bodoh), mereka membangun Bangunan yang sangat tinggi tanpa terlebih dahulu untuk memenguatkan Pondasinya, yang pada Akhirnya runtuh mengenai kepalanya”

KEUTAMAAN TAUHID

a.Salah satu penyebab diampuninya Dosa

b.Tauhid adalah Jalan satu-satunya mendapat kesenangan di dunia dan kemuliaan di Akhirat serta mendapat Petunjuk dari Allah.

c.Allah akan menjadikan kita Khalifah di muka Bumi ini.(QS. An-Nur : 55)



2.Islam adalah Agama yang Sempurna


“…. Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agamamu, dan telah Aku cukupkan Nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku Ridhai Islam sebagai Agamamu…..”
(QS. Al-Ma’idah : 3)

** Imam Ibnu Katsir berkata “ayat ini merupakan Nikmat Allah yang terbesar bagi ummat ini,yang mana Allah telah menyempurnakan Agama Islam bagi mereka, maka mereka (umat Islam) tidak membutuhkan Nabi, Agama lain. Oleh karena itu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam kepada Jin dan Manusia. Tidak ada yang Halal kecuali yang telah Dihalalkan oleh Rasulullah, dan tidak ada yg Haram kecuali yg telah Diharamkan oleh Rasulullah. Maka, apa-apa yg tidak menjadi agama pada saat itu, hingga kapanpun tidak akan pernah menjadi Agama.

Alangkah mulianya Islam… karena Islam juga Menjaga atas 5 hal:


1).Islam Menjaga Agama ini atas segala bentuk penyimpangan.

2).Islam Menjaga Jiwa Manusia

3).Islam Menjaga Kehormatan Manusia, khususnya Wanita Muslimah (QS. An-Nur : 4)

4).Islam menjaga Nasab Keturunan Manusia ( An-Nur : 2)

5).Islam menjaga Harta Manusia.

Ittabi'u wa laTabtadi'u (Ikutilah Rasulullah dan Jangan membuat perkara-perkara yang baru dalam Agama ini)
3.Islam adalah Agama Pertengahan.

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan…”
(QS. Al-Baqarah : 143)

sebagai contoh Islam adalah agama pertengahan adalah Masalah Nabi.
Di agama Nashrani, mereka terlalu “Ekstrim” dalam mengkultuskan Nabi Isa alaihissalam. Sampai mereka mengatakan Isa itu adalah Tuhan dari tuhan yang tiga.. Tapi di dalam Islam, kita berada pada pertengahan, kita mengakui bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah (Rasul Allah), namun Rasulullah adalah seorang manusia biasa, bukan Tuhan.. Allah berfirman :

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu….”
(QS. Al-Kahfi : 110)

Seorang Rasul di utus kepada kaumnya adalah untuk dita’ati, bukan untuk diperTuhankan..!! inilah sikap pertengahan Kaum Muslimin..


Demikian pula Islam Pertengahan antara Kaum Yahudi dan Nashrani dalam masalah Fiqh (thoharoh). Orang yahudi, ketika isteri mereka sedang haid, mereka tidak mau duduk bersama atau makan bersama-sama dengan isteri-isteri mereka. Adapun orang Nashrani, mereka berlebihan dengan Isteri mereka, dengan tetap (maaf) menggaulinya, meskipun isteri mereka sedang Haid. Adapun Islam memerintahkan untuk tidak menyetubuhi Isteri-Isterinya ketika Haid, namun masih tetap membolehkan untuk duduk-duduk, mengobrol, atau makan bersama.

Inilah Islam, Islam tidak “Ekstrim” juga tidak “meremehkan” tentang ajaran agama khususnya masalah Fiqh. Namun Pertengahan Islam haruslah dengan dalil, bukan pertengahan sesuai akal, perasaan atau hawa nafsu.

Orang Yahudi secara Ilmu, mereka mengetahui tapi “Tidak Mau” mengamalkan. Sedangkan Orang Nashrani, mereka bersemangat untuk mengamalkan, tapi “Tidak Berilmu”... tapi Islam, mengajarkan Untuk Mengamalkan sesuatu dengan Ilmu, artinya, melandasi setiap perkara Agama yang harus diamalkan dengan adanya Ilmu terlebih dahulu.. hal ini (memiliki Ilmu) dapat terwujud bila, seorag Mukmin bersemangat untuk mencarinya..

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah suatu kebaikan, Maka Allah akan memberi Kepahaman dalam (ilmu) agamanya”
(HR. Muslim)


4.Islam adalah Agama Kasih Sayang


Allah berfirman :
“dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”
(QS. Al-Anbiya’ : 107)

Islam mengajarkan kita untuk saling mengasihi antara seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya.

“Barangsiapa yg tidak mengasihi Manusia, maka Allah tidak akan mengasihinya”
(Muttafaq alaih)

Ini sekaligus menjadi bantahan yang “telak” bagi para Teroris yang mengatasnamakan terror dengan bom bunuh diri dengan sebutan “ajaran Islam”.. Bagaimanakah mereka bisa menyebut “terror” dengan ajaran Islam, padahal mereka berkiblat atau mengambil Ilmu dari seorang Ahli Ekonomi (Osama Bin Laden), bukan seorang Ahli Ilmu?? Itu yang semestinya dipahami Rakyat untuk tidak mudah mengidentikkan “terror” dengan Islam.


Islam juga menyuruh kita untuk berbuat adil dengan siapa saja, meskipun kepada kaum kafir,

“Sesungguhnya Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan Agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku Adil”
(QS. Al-Mumtahanah : 8)

**namun yang perlu dipahami disini adalah kita boleh berlaku adil dan berbuat baik kepada kaum kafir, asalkan masih sesuai batasan-batasan Islam agar kita tidak sampai “menggadaikan” aqidah kita dengan berdalih dengan “keadilan”..

5.Islam adalah Agama yang Mudah


Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan Shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu Junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayyamumlah dengan debu yang suci. Allah tidak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnaan Nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur”
(QS. Al-Ma’idah : 6)

Subhanallah… Sungguh Indah dan Mudah Islam itu saudara, Saudariku….
Islam tidak menghendaki kesulitan Bagimu, namun Islam ingin Memuliakanmu…
Sungguh “aneh” (semoga dia mendapatkan Hidayah oleh Allah) jika ada seorang Muslim yang mengatakan dengan terang-terangan jika ajaran Islam itu sudah usang dan tidak relevan lagi untuk menyelesaikan Masalah yang timbul pada masa Sekarang,, “itu kan zaman dahulu…”, Masya Allah… kesempurnaan Islam itu hingga berakhirnya alam semesta ini saudar, Saudariku.. Masuklah Islam secara keseluruhan jika kau ingin Mengenalnya lebih Jauh akan kesempurnaannya…!!


Islam itu Mudah..namun jangan dimudah-mudahkan.. “Mudah”nya Islam haruslah disertai dalil, bukan dengan Hawa Nafsu kita..


Semoga melalui catatan “singkat” ini, kita semakin dapat mengenal tentang Islam yang “Sebenarnya”..
Dan Semoga Allah semakin memberi kepahaman kepada kita tentang Agama yang Sempurna ini, Dienul Islam.
Semoga Allah mewafatkan kita semua di atas Islam dan di atas Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.